Hai, Juragan! Belakangan kita sering mendengar istilah resesi baik di media sosial ataupun saat ngobrol dengan teman. Berita ini membuat banyak orang menjadi resah menyambut tahun 2023 karena resesi akan membuat ekonomi menjadi sulit.
Nah lo, apa itu resesi? Yuk kita kupas mengenai pengertian resesi, penyebab, dan tips untuk menghadapi untuk UMKM Indonesia.
Apa itu Resesi?
Menurut Wikipedia, resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi besar-besaran yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi bisa menurunkan seluruh aktivitas ekonomi seperti penurunan lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Sedangkan National Bureau of Economic Research (NBER) milik Amerika Serikat mengartikan resesi sebagai kondisi dimana negara mengalami penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam kurun waktu beberapa bulan. Penurunan ini bisa dilihat dari PDB (produk domestik bruto) riil, penghasilan, tingkat pengangguran, produksi industri, dan penjualan grosir-ritel.
Resesi sering dihubung-hubungkan dengan menurunnya atau meningkatnya harga secara tajam.
Apa saja penyebab resesi?
1. Inflasi atau Deflasi
Sering dengar istilah inflasi? Inflasi adalah meningkatnya harga secara terus-menerus. Tapi, bukan berarti inflasi itu buruk ya Gan. Hanya aja, inflasi yang berlebihan masuk ke dalam kategori berbahaya.
Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi, deflasi dapat memberikan dampak yang lebih buruk. Deflasi sendiri adalah kondisi saat harga turun dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan upah menyusut yang menekan harga.
Deflasi biasanya berefek pada pemilik usaha (penyedia barang maupun jasa) dimana individu dan unit bisnis berhenti mengeluarkan uang sehingga perputaran uang tidak terjadi dan berdampak buruk bagi ekonomi. Resesi adalah salah satu dampak dari inflasi atau deflasi berlebihan.
Apa aja sih penyebab deflasi? Bisa saja karena jumlah produksi membludak secara bersamaan di beberapa perusahaan, menurunnya permintaan produksi sebuah produk, hingga menurunnya jumlah uang yang ada di pasaran.
2. Gelembung Aset Pecah
Biasanya terjadi saat investor salah mengambil keputusan. Investor menjadi panik, lalu tergesa-gesa menjual saham yang kemudian memicu resesi. Hal ini disebut juga sebagai “kegembiraan irasional”.
Hal ini terjadi karena para investor membuat keputusan dengan menuruti emosi. Mereka membeli banyak saham saat ekonomi sedang baik karena beranggapan harga akan naik dengan cepat, lalu berlomba menjualnya saat kondisi ekonomi jatuh yang bisa merusak pasar..
3. Guncangan Ekonomi yang Mendadak
Menurunnya daya beli akibat kesulitan finansial seperti terlilit hutang menjadi penyebab lain resesi. Guncangan ekonomi ini dapat terjadi tidak hanya pada individu namun juga perusahaan.
Banyaknya tumpukan hutang berarti banyak juga pengeluaran untuk biaya pelunasan yang biasanya disertai bunga. Bunga yang tinggi yang tidak diseimbangkan dengan kemampuan membayar bisa berujung pada ketidakmampuan untuk melunasi.
4. Perkembangan IPTEK
Meskipun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat membantu, hal ini juga bisa menjadi penyebab resesi lainnya. Contohnya bisa dilihat di abad ke-19 saat terjadi gelombang perkembangan teknologi yang membuat kebutuhan perusahaan untuk tenaga manusia menjadi berkurang.
Lapangan kerja berkurang, hilangnya mata pencaharian, pengangguran meningkat, menurunnya daya beli, kesulitan finansial, semuanya akan berujung pada resesi.
5. Ketidakseimbangan Produksi dan Konsumsi
Keseimbangan konsumsi dan produksi adalah dasar pertumbuhan ekonomi. Jika produksi tinggi namun tidak diseimbangi dengan kemampuan konsumsi masyarakat akan berujung pada penumpukan stok barang.
Sebaliknya, jika kebutuhan tinggi namun kemampuan untuk produksi rendah akan memicu terjadinya impor. Hal ini kemudian akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.
6. Pertumbuhan Ekonomi Merosot selama Dua Kuartal Berturut-turut
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu faktor untuk menilai kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi naik, maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat. Sebaliknya, jika produk domestik bruto mengalami penurunan selama dua kuartal terus-menerus maka pertumbuhan ekonomi negara tersebut dipastikan mengalami resesi.
7. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor
Jika sebuah negara tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka impor adalah jalan keluar yang diambil. Impor sendiri berarti mengeluarkan uang untuk membeli produk yang kita tidak bisa penuhi sehingga laba menurun. Nilai impor yang lebih besar dari nilai ekspor bisa berdampak buruk pada perekonomian karena defisitnya anggaran negara.
8. Tingkat Pengangguran Tinggi
Tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dalam menggerakkan roda perekonomian. Jika negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang berkualitas untuk tenaga kerja lokal, maka tingkat pengangguran akan meningkat. Ini akan berdampak negatif pada kemampuan memenuhi kebutuhan, kesulitan finansial, tumpukan hutang, hingga perbuatan kriminal untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Apa Saja Dampak Resesi?
- Potensi bisnis mengalami kebangkrutan akan meningkat saat terjadi resesi. Daya beli masyarakat jadi menurun sehingga pendapatan perusahaan akan semakin kecil. Untuk menyelamatkan arus kas biasanya bisnis melakukan perang harga agar terhindar dari kebangkrutan. Sayangnya langkah ini membuat keuntungan menurun dan harus ditambal dengan melakukan efisiensi yang berujung pada PHK.
- Pendapatan negara dari pajak dan non pajak menjadi lebih rendah saat terjadi resesi. Hal ini disebabkan oleh penghasilan masyarakat yang menurun hingga harga properti yang anjlok dan akhirnya memicu rendahnya jumlah PPN ke kas negara. Saat pendapatan menurun, negara tetap dituntut untuk membuka lapangan kerja yang berujung pada pinjaman ke bank asing.
- Untuk para pekerja, dampak resesi biasanya adalah pemutusan hubungan kerja sehingga tidak ada pemasukan dan daya beli menurun. Hal ini menjadi pendorong adanya ketidakstabilan sosial, kesenjangan yang semakin menjamur dimana-mana, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Lalu, Bagaimana Cara Mengatasi Resesi?
- Cara yang pertama adalah memperkuat daya beli. Pemerintah bisa belanja besar-besaran agar perputaran ekonomi tidak macet. Dengan begitu, permintaan dalam negeri meningkat dan dunia usaha tergerak untuk berinvestasi.
- UMKM menjadi salah satu sektor yang bisa membantu mengatasi resesi. Dengan menyalurkan bantuan terhadap UMKM berupa UMKM produktif dan kredit bunga rendah, diharapkan roda perputaran ekonomi dapat berjalan dengan baik.
BukuWarung sendiri ikut membantu dengan menyediakan aplikasi keuangan lengkap untuk UMKM. Mulai dari tempat pencatatan arus kas bisnis, jualan produk digital yang hemat dan menguntungkan, bayar dan tagih semua kebutuhan bisnis dengan biaya minimal hasil maksimal, hingga pinjaman modal untuk mengembangkan usaha.
- Cara berikutnya dalam mengatasi resesi adalah adalah menarik kepercayaan investor untuk berinvestasi. Dengan kebijakan yang efektif, diharapkan mampu menarik para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan modal dari investor, nantinya bisa tercipta perputaran ekonomi yang lebih baik lagi.
- Untuk para individu yang masih memiliki kemampuan membeli, diharapkan untuk tidak hanya menabung namun terus membelanjakan uangnya terutama di UMKM. Kenapa? Karena ini akan membantu perputaran roda ekonomi. Biasanya harga di UMKM tidak semahal di ritel kan? Jadi, kita bisa terus berhemat namun tetap membantu mengatasi inflasi.
Secara singkat, cara mengatasi resesi adalah dengan tetap tenang dan mencari banyak informasi. Panik gak akan membuat resesi selesai Gan.
Nah, buat Juragan yang punya bisnis UMKM dan panik menghadapi resesi, semoga dengan membaca artikel ini mulai tenang ya. Jangan lupa pakai aplikasi BukuWarung yang bisa membantu mulai dari tambahan penghasilan sampai pinjaman modal terpercaya!