Profesi mindring masih dapat dijumpai di beberapa wilayah, khususnya di Jawa.
Mindring menjadi salah satu solusi bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan pakaian dan perabot rumah tangga.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mindring dan bagaimana sejarahnya di Indonesia? Mari simak penjelasan dari BukuWarung di bawah ini supaya Anda lebih memahaminya.
Pengertian Mindring
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, mindring adalah cara penjualan barang yang pembayarannya dapat diangsur. Jadi, pembeli tidak harus menyediakan uang sejumlah harga barang, melainkan melakukan pencicilan dalam kurun waktu tertentu.
Usaha mindring lebih banyak dijumpai di lingkungan masyarakat menengah ke bawah. Khususnya masyarakat desa yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. Mereka tidak memiliki gaji bulanan dan mengandalkan penghasilan dari penjualan komoditas pertanian.
Petani di pedesaan umumnya mengandalkan mindring untuk mencukupi kebutuhan perabotan rumah dan juga pakaian. Membeli berbagai barang dengan sistem cicilan seperti ini dirasa jauh lebih ringan dibandingkan membeli secara tunai.
Baca juga: Ide Usaha Menguntungkan di Kampung
Sejarah Mindring
Pemerintah Hindia Belanda mulai membuat peraturan baru tentang pembayaran pajak di tanah jajahannya. Sebelumnya rakyat dapat membayar panjak dengan wajib kerja atau menyerahkan hasil pertanian. Namun pada tahun 1800-an, Hindia Belanda mengganti pajak dengan uang tunai.
Aturan ini secara otomatis meningkatkan kebutuhan masyarakat akan uang tunai. Cara yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh uang tunai adalah menyewakan lahan kepada perusahaan perkebunan.
Penyewaan lahan memang mengatasi masalah masyarakat akan kebutuhan uang tunai. Sayangnya hal ini membawa masalah baru yaitu petani kehilangan lahan untuk bercocok tanam. Akhirnya para petani memilih untuk menjadi buruh di atas tanahnya sendiri yang disewa oleh perusahaan perkebunan.
Pemerintah Hindia Belanda pun meraup keuntungan besar dari situasi ini. Bagaimana tidak, pihak penjajah mendapatkan lahan dengan harga sewa yang sangat murah. Selain itu, upah buruh perkebunan pun jauh dari kata layak. Saat itu rakyat hidup dalam kondisi yang serba sulit.
Kesulitan rakyat diperparah dengan adalah pergeseran teknologi. Masyarakat dituntut untuk mengganti barang lama dengan barang baru yang berteknologi baru pula.
Beberapa contoh pergeseran teknologi ini antara lain:
- Korek api menggantikan batu api
- Minyak tanah menggantikan minyak kacang
- Piring menggantikan daun pisang untuk alas makan
Modernisasi yang tengah berlangsung di masa penjajahan kolonial dimanfaatkan oleh para pendatang dari Cina. Mereka memperdagangkan berbagai macam barang dengan cara berkeliling di kawasan pedesaan.
Pedagang Cina berkeliling sambil membunyikan sebuah alat bernama klonthong. Oleh sebab itu, mereka sering disebut sebagai pedagang klonthong. Uniknya, pembeli tak harus membayar lunas barang yang dibelinya.
Pedagang klonthong menyediakan pilihan untuk membayar secara kredit. Pembeli bisa mengangsur barang yang dibelinya. Tak dipungkiri, strategi ini sangat membantu masyarakat yang kondisi ekonominya sulit.
Cara berdagang yang diperkenalkan oleh para pedagang klonthong ini selanjutnya disebut sebagai minderingan. Barang-barang yang umumnya dijual dengan sistem ini contohnya baju, celana, panci, dan peralatan makan.
Pembeli tak perlu melakukan perjanjian secara resmi dengan pedagang. Biasanya pedagang klonthong memiliki buku catatan yang berisi nama pembeli dan tagihannya. Dalam beberapa hari sekali pedagang akan datang ke rumah pembeli untuk melakukan penagihan.
Setiap barang yang dijual oleh pedagang klonthong biasanya dapat diangsur hingga 10 kali. Mereka melakukan penagihan satu minggu sekali dengan mendatangi rumah pembeli satu per satu. Bunga untuk setiap barang juga tidak terlalu besar, rata-rata kurang dari 10%.
Setiap satu orang pedagang klonthong memiliki area kerjanya sendiri yang mencakup wilayah 5 hingga 6 desa. Pembagian wilayah ini diatur sendiri dan disepakati oleh para pedagang klonthong.
Penjualan barang dengan sistem kredit atau mindring memberikan keuntungan bagi pihak pedagang dan juga pembeli. Pedagang mendapatkan keuntungan yang lebih besar meskipun harus menunggu hingga pembeli melunasi kreditnya.
Di samping itu, pembayaran yang dinilai ringan membuat barang yang dijual menjadi lebih cepat laku. Dengan begitu, perputaran barang dagangan menjadi lebih lancar.
Dilihat dari sisi pembeli, sistem mindring juga memberikan keuntungan. Salah satunya adalah dapat memenuhi kebutuhan akan barang-barang tanpa harus merasa terbebani dengan pembayarannya.
Sistem mindring ini masih digunakan hingga saat ini. Baik di pedesaan maupun di wilayah perkotaan. Bahkan tidak hanya perseorangan yang menggunakan sistem ini. Ada banyak badan usaha yang fokus pada bidang ini, contoh yang paling nyata adalah perusahaan leasing.
Berkat adanya sistem mindring di masa lalu, kini Anda bisa membeli barang-barang yang berharga mahal dengan cara yang lebih ringan.
Baca juga: Ide Usaha Makanan Ringan yang Laris
Fungsi Mindring
Dengan memahami sejarah munculnya mindring untuk pertama kalinya hingga saat ini, sistem ini memiliki dua fungsi utama.
1. Fungsi Mindring bagi Pelaku Usaha
Fungsi mindring bagi pelaku usaha adalah untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Sistem mindring menerapkan bunga yang harus dibayarkan oleh pembeli di samping harga pokok suatu barang. Bunga inilah yang menjadi profit untuk perusahaan.
2. Fungsi Mindring bagi Pembeli
Dilihat dari kacamata pembeli, mindring menjadi salah satu solusi untuk melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan. Tentu saja dengan cara yang lebih ringan dan tidak terlalu membebani.
Praktik mindring susah bermetamorfosis dari sistem yang sangat sederhana menjadi lebih sistematis dan modern. Sistem mindring turut serta membantu berputarnya roda perekonomian baik di lingkungan pedesaan maupun di perkotaan.