Pagi baru saja merekah dengan matahari yang masih perlahan merambat naik. Namun di Ibukota, jam 7 pagi adalah sebuah medan perang. Para pekerja memenuhi ruas-ruas jalan dengan lautan kendaraan, bis dan kereta melaju membawa manusia-manusia yang sesak berhimpitan demi tiba di tempat mengadu nasib tepat waktu, bising klakson dan kepulan polusi sudah jadi makanan sehari-hari.
Di sebuah gang di bilangan Bintaro, kesibukan juga tampak di kedai nasi ‘Dapur Mbak Titin’. Pemiliknya adalah pasangan suami-istri, Bu Titin dan Pak Kartawi. Hari mereka dimulai sejak subuh, memasak dan menyiapkan hidangan yang akan disajikan di kediaman pribadi.
Setelah itu, semuanya dibawa ke kedai yang biasanya ludes dibeli para pelanggan untuk bekal sarapan maupun bekal makan siang. Melayani pelanggan yang bergantian datang tanpa henti tentu melelahkan. Namun senyum selalu hadir di wajah Bu Titin dan Pak Kartawi, menyapa tiap nama masing-masing pelanggan dan menanyakan kabar ayaknya keluarga sendiri.
Alasan Tak Begitu Bahagia Meski Kerja Kantoran Tampak Cemerlang
“Saya jadi sekretaris selama lebih dari 15 tahun. Gajinya kantoran memang bagus, tapi lama-lama saya malah nggak tenang. Karena saya berangkat kantor pagi-pagi sekali, pulang bisa malaaaam banget… Capek badan itu pasti, dan saya nggak ada waktu buat diri sendiri dan keluarga” jawab Bu Titin saat ditanya alasannya meninggalkan karir kantoran.
Ia memulai perjalanan sebagai pebisnis dengan membuka toko bunga. Tak diduga, bisnis tersebut dinilai cukup sukses. Ia mendapatkan banyak pelanggan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk para pejabat. Sayangnya, tak lama kemudian muncul kebijakan pemerintah yang mengakibatkan proses impor bunga menjadi sulit. Di saat yang sama, Pak Kartawi jatuh sakit.
“Saya harus putar otak agar perekonomian tetap lancar. Karena ya ada kebutuhan keluarga dan tagihan yang harus dibayar. Sedangkan kalau toko bunga kan hanya bisa tunggu pesanan. Saya jadi seperti kepala keluarga saat itu…” tutur Bu Titin sambil sibuk memasak lagi untuk persiapan jam makan siang.
Kebetulan sejak mundur dari pekerjaan kantoran dan memiliki lebih banyak waktu di rumah, Bu Titin kembali menekuni hobinya memasak. Terkadang ia membagikan hasil masaknya kepada saudara maupun tetangga. Racikan tangannya ternyata sangat disukai hingga Bu Titin memutuskan untuk menerima pesanan katering. Siapa sangka pemasukan katering jauh lebih besar dari bisnis toko bunganya. Ditambah lagi, Bu Titin juga sangat menikmati kegiatan memasak.
Baca juga : Cerita Juragan Pak Rohamdi: Rantau Buka Warung di Jakarta demi Anak Sandang Gelar Sarjana
Lahirnya Dapur Mbak Titin, Kedai Makan Yang Seperti Rumah Kedua Bagi Pelanggan Setia
Melihat pesanan yang kian ramai, kerabat Bu Titin menawarkan sebuah lokasi kedai di daerah Bintaro, sangat dekat dengan kawasan perkantoran dan perumahan. Tanpa pikir panjang, ia pun mengiyakan. Apalagi saat itu kondisi Pak Kartawi telah semakin membaik sehingga ia dapat membantu aktivitas kedai. Hidangan yang variatif dan lezat, berpadu dengan pelayanan ramah nan hangat dari kedua pemiliknya membuat Dapur Mbak Titin selalu ramai sepanjang hari.
Seharian di Dapur Mbak Titin membuat tim BukuWarung merasa seperti di rumah sendiri. Bagaimana tidak? Bu Titin dan Pak Kartawi hafal masing-masing nama wajah-wajah yang mampir ke kedai. Beberapa pelanggan juga tak segan untuk mengambil sendiri makanan mereka, bahkan membantu mencuci piring kotor! Setelah pelanggan tersebut meninggalkan kedai, Bu Titin dan Pak Kartawi kerap menceritakan kisah mereka..
“Mbak yang itu perawat, minggu lalu baru saja pulang kampung…”
“Kalau jam makan siang, dokter-dokter muda yang kerja di rumah sakit depan gang sering ke sini. Ganteng-ganteng kayak artis Korea!”
“Bapak itu pejabat, rumahnya besar di dekat sini. Biasanya ajudannya yang beli makanan..”
“Yang itu penghuni kos seberang, tiap siang selalu makan di sini..”
“Artis xxx rumahnya di gang sebelah lho! Dia paling suka menu tongkol..”
Melihat dinamika Bu Titin dan Pak Kartawi saat melayani pelanggan juga sangatlah menarik. Bu Titin adalah seorang wanita kelahiran Jawa yang ceria, suka mengobrol, dan sangat ekspresif. Gelak tawanya terdengar memenuhi kedai sepanjang hari, membuat suasana selalu menyenangkan. Sedangkan Pak Kartawi adalah pria Sunda yang tenang, kalem, dan tak banyak bicara — namun ia selalu mengingat hal-hal kecil dari para pelanggannya.
“Banyak pelanggan yang sudah seperti anak sendiri. Kalau mau pulang kampung, sering mampir dulu buat pamit.. Yah, kami bersyukur sekali punya pelanggan yang baik-baik. Selalu ada temen ngobrol dan bercanda setiap hari” ujar Pak Kartawi.
Bisnis Makin Mudah dan Maju dengan Pembayaran Digital
“Yang makan dan beli di sini kebanyakan masih muda. Biasanya penghuni kos, anak magang, atau dokter dan perawat yang kerja di rumah sakit dekat sini. Mereka sering tanya apakah bisa bayar cashless saja, mungkin karena lebih praktis ya dan anak muda jarang bawa uang cash. Kebetulan ditawari tim BukuWarung untuk pasang QRIS, ya saya iyakan” ujar Pak Kartawi.
Ia cukup terkejut karena ternyata teknologi QRIS ini sangat memudahkannya dalam mengelola kedai sehari-hari. Selain pelanggan jadi bisa membayar cukup dengan scan QRIS, Pak Kartawi juga tidak perlu ribet menyiapkan uang kembalian. “Selain itu cita-cita saya itu ingin membesarkan Dapur Mbak Titin menjadi sistem restoran, punya karyawan juga. Jadi fitur catat dan laporan keuangan itu sangat membantu untuk memantau keuangan Dapur Mbak Titin ini” lanjutnya.
Saat ditanya mimpi besarnya, Bu Titin sendiri menjawab dengan yakin dan lugas:
“Ingin jadi bos. Pengen punya karyawan” tuturnya sambil tersenyum lebar.
Baca juga : Cerita Juragan Devy Kurniawati: Setahun Tak Terima Pemasukan, Ini Alasannya Gigih Bangkit Lagi
Fitur QRIS BukuWarung: Andalan Juragan Bisnis Untuk Terima Pembayaran Pelanggan dengan Lebih Praktis
Untuk Juragan yang sedang menjalankan bisnis seperti Bu Titin dan Pak Kartawi, kira-kira apa saja sih kesulitan yang sering dihadapi?
Pelanggan yang ingin membayar dari bank berbeda-beda?
Ribet cari kembalian saat ramai pembeli?
Sering tak punya waktu ke ATM untuk bayar tagihan?
Ada yang pernah mengalami kendala di atas?
Tenang! Sekarang ada solusi mudah untuk semua urusan bayar & tagih usaha: Fitur QRIS BukuWarung!
Saat ini, QRIS memang menjadi fitur primadona di antara pemilik usaha. Aktivitas tagih & bayar digital jadi lebih aman, cepat, & mudah. Juragan dapat terhindar dari penipuan uang palsu serta memberikan alternatif pembayaran yang praktis untuk pelanggan.
Selain itu, dengan satu aplikasi BukuWarung saja, Juragan bisa atur berbagai urusan keuangan usaha, lho!
✅ Catat pemasukan & pengeluaran usaha praktis dalam satu aplikasi
✅ Dapat laporan keuangan harian, mingguan, & bulanan otomatis
✅ Catat & pantau stok dengan mudah
✅ Pengajuan solusi modal usaha
✅ Belanja ke supplier bisa di-Talangin Dulu
Ingin tahu lebih cara membuat QRIS BukuWarung untuk usaha Juragan seperti Dapur Mbak Titin & 8 juta pengguna BukuWarung lainnya? Download aplikasi BukuWarung di Playstore sekarang & klik di sini untuk membaca informasi lengkapnya: